1. Mengidentifikasi,
memilih dan merumuskan masalah
Sebelum melakukan penelitian ilmiah terlebih dahulu
perlu dilakukan identifikasi masalah. Mengapa perlu dilakukan ??? Tujuannya
agar rumusan masalah yang akan dibuat menjadi tajam dan sebagai bentuk data
awal dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah
melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan
bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang
ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk
kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat
tanya (berbentuk pertanyaan).
Kemudian
dalam memilih masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah, dan tidak
semua masalah dapat diteliti. Oleh sebab itu perlu diberi pemilihan atau
pembatasan masalah.
Lalu
setelah masalah diidentifikasi dan dipilih atau dibatasi, selanjutnya masalah
tersebut dirumuskan dalam kalimat Tanya yang padat dan jelas, memberikan
petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan tersebut.
2. Menyusun
Kerangka Pemikiran
Kerangka
pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan
validitas proses penelitian secara keseluruhan. Dalam kerangka pemikiran
peneliti dapat menjelaskan secara
komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa
variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang
diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan
secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga
variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi
masalah semakin jelas asal-usulnya.
Menurut Rusidi (1993), kerangka
berfikir berarti menduduk-perkarakan masalah dalam kerangka teoritis
(theoretical framework) atau disebut juga proses deduktif.
3. Merumuskan
Hipotesis.
Hipotesis
merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya
hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak
hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala
yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan
pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih
efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan
pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan
hipotesis.Merumuskan hipotesis yang baik sangat berguna untuk menjelaskan
masalah, petunjukpemilihan metodologi yang tepat dan menyusun langkah dan
pembuktian penelitian.
Didalam Merumuskan hipotesis
hendaklah mempertimbangkan:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin
mengumpulkan data menguji kebenaran hipotesis itu.
4. Menguji
Hipotesis Secara Empiric.
Setelah
merumuskan hipotesis, langkah selanjutnya menguji hipotesis yang telah
dirumuskan secara nyata. Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang
dapat diamati dalam
istilah ilmiah hal ini disebut virifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak
sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak
terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).
Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
5. Melakukan Pembahasan.
Melakukan
pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian,
sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan
pembahasan, berarti peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil
penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada
penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah
hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima
atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau
teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus
dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah
dilakukan.
6. Menarik
Kesimpulan
Setelah
melakukan langkah-langkah diatas, selanjutnya peneliti membuat kesimpulan
berdasarkan batasan-batasan penelitian yang ada dan sesuai dengan hipotesis
yang diajukan.
Penarikan
kesimpulan dalam penelitian ilmiah adalah penilaian atau hasil keputusan apakah
sebuah hipotesis yang telah di dapat dari beberapa fakta ini di tolak atau
diterima. Kemungkinanya dalam proses pengujian tersebut terdapat beberapa fakta
yang memang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut bisa di terima
atau dilanjutkan lagi.
Sumber :
No comments:
Post a Comment